Kenapa Harus Takut Taarufan Jika itu lebih baik dari Pacaran, Yukk Ikut Baca Cerita Saya
Hidupku penuh dengan rasa sedih, mulai sejak kecil hingga tumbuh besar tidak sering ku kecap bahagia. Namun ku kelabui dunia dengan sosok ku yang ceria serta penuh canda.
Kerapkali beberapa rekanku ajukan pertanyaan, “Ya ukhty, bagaimana langkahnya agar tak pernah sedih seperti anti? ”, cuma senyum yang dapat ku berikan untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya juga menginginkan ku tanyakan pada mereka yang hidupnya bahagia tanpa ada cela.
Namun sudahlah, tak akan ku katakan cerita sedih saat kecilku, ku cuma bakal menceritakan pencarianku bakal bahagia.
Dua th. lantas, tepatnya waktu usiaku 20 th., saya mulai berpikir untuk melepas kesendirian, ku sampaikan niatku pada seseorang akhwat senior yang memanglah beberapa kali sudah menawariku untuk “ta’aruf” dengan sebagian ikhwan yang semua kutolak lantaran beragam argumen.
Hingga ku mengenalnya, melalui satu website pertemanan. Dia, Ubaid (bukanlah nama sesungguhnya), seseorang mahasiswa di satu perguruan tinggi di timur tengah.
Sosoknya yang demikian dewasa, santun, lagi berilmu. Semua yang kucari ada kepadanya. Sayangnya, dia telah beristri serta mempunyai seseorang anak. Kutepis keinginanku untuk mengenalnya lebih jauh.
Hari untuk hari, tak tahu mengapa saya makin mengagumi akan kepadanya. Walaupun belum pernah bertatap muka, namun diskusi kami melalui “chat”, kedalaman ilmunya, keindahan susunan kata-katanya, sungguh meninggalkan kesan yang demikian dalam di hatiku. Saya mulai jatuh hati kepadanya. Ubaid, pria beristri itu!
Nyatanya rasa-ku tidak bertepuk samping tangan. Hari setelah itu ia menelponku, serta ia bertanya pandanganku mengenai polygamy. Pasti saya menjawab kalau polygamy yaitu sunnah. Sunnah yang dibenci umumnya orang. Oleh karenanya, saya mengagumi akan mereka yang dapat menjalankannya.
Pada akhwat-akhwat tangguh yang dapat menaklukkan egoisme serta “hati”nya untuk sharing orang yang paling dicintainya.
Tidakkah tidak bakal prima iman seorang hingga ia dapat memberi pada saudaranya apa yang dia kehendaki untuk dianya? Blah blah blah, panjang lebar penjelasanku waktu itu.
Ubaid dengarkan, lantas berkata : “ما شاء الله, kalau semuanya istri berfikiran seperti anti”. “Maukah anti jadi permaisuri ke-2 di istanaku? ”
0 Response to " Kenapa Harus Takut Taarufan Jika itu lebih baik dari Pacaran, Yukk Ikut Baca Cerita Saya"
Post a Comment